Materi Pengantar Periklanan
SIKOM.ID - Saat kita berpergian ke luar rumah, apakah dengan mengendarai mobil, motor tau bahkan berjalan kaki sekalipun, terkadang atau sering kita melihat iklan di sebuah billboard, yang mempunyai jargon iklan yang membuat kita terkadang tersenyum, atau mengerutkan alis. Tidak jarang pula jargon iklan tersebut sering kita pakai dalam pembicaraan kita sehari – hari saat bercengkrama dengan teman, saudara atau keluarga. Seperti, Indomie seleraku, gak ada lo nggak rame, yang penting heppiii, pria punya selera, wani piro.
☑ Iklan
Dunn dan Barban (1978) berpendapat, bahwa iklan merupakan suatu bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan melalui media dengan membayar ruang yang dipakai untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasive) kepada konsumen, oleh perusahaan, lebaga non-komersial, maupun pribadi yang memiliki kepentingan (Widyatama, 2007)
Enam Prinsip Dasar dari Iklan, yaitu:
- memiliki pesan tertentu
- dilakukan komunikator
- dilakukan secara non - personal
- disampaikan untuk khalayak tertentu
- dilakukan dengan cara membayar sejumlah biaya
- mengharapkan dampak tertentu dari penyampaian pesan yang dilakukan (Widyatama, 2007)
☑ Periklanan
Periklanan adalah penggunaan suatu media berbayar yang dilakukan oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang suatu produk (ide, barang dan jasa) ataupun organisasi yang merupakan alat promosi yang kuat. (Suyanto 2004)
Dalam periklanan, ada istilah yang dikenal luas, yaitu ATL (Above The Line) dan BTL (Below The Line). Amalia E. Maulana, seorang Brand Consultant dan Ethnographer, dalam artikelnya The End Of Line: Mengakhiri Istilah ATL vs BTL, mengungkapkan bahwa istilah ATL dan BTL awalnya dipahami dari sisi budget yang dikeluarkan komunikator. ATL adalah kegiatan pemasaran yang kena komisi biro iklan, dan BTL adalah kegiatan pemasaran yang tidak kena komisi biro iklan.
☑ Perbedaan Iklan dan Periklanan
Dari penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa iklan berbeda dengan periklanan. Iklan memiliki fungsi utama untuk memberikan informasi dan mengajak konsumen untuk membeli produk perusahaan ( Fletcher, 2010).
☑ Jenis Iklan
Menurut Tjiptono (2004), berdasarkan media yang digunakan iklan atau periklanan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Media cetak
adalah media yang statis dan mengutamakan pesan dengan menggunakan sejumlah kata, gambar, atau foto, baik dalam tata warna maupun hitam putih. Bentuk iklan dalam media cetak biasanya berupa iklan baris, pariwara, iklan display, suplemen, dan iklan layanan masyarakat. Jenis-jenis dari media cetak yaitu majalah, surat kabar, tabloid, selebaran brosur, dan lain sebagainya.
2. Media elektronik
adalah media dengan teknologi dan hanya bisa digunakan bila memiliki jasa transmisi siaran. Dalam media elektronik biasanya bentuk iklan berupa sponsorship, jingle, sandiwara, iklan partisipasi, iklan layanan masyarakat, dan lain-lain. Media elektronik yang dimaksud adalah radio, televisi, internet, dan lain sebagainya.
3. Media luar ruang
adalah media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti di pinggir jalan, pusat keramaian, atau tembok, dan sebagainya. Jenis-jenis media luar ruang meliputi billboard, baliho, poster, spanduk, umbul-umbul, transit (panel bus), balon raksasa, dan lain-lain.
4. Media lini bawah
adalah media-media yang digunakan untuk mengiklankan produk. Umumnya ada empat macam media yang digunakan dalam media lini bawah, yaitu: pameran, direct mail, point of purchase, merchandising schemes, dan kalender.
☑ Tujuan Iklan
Menurut Swastha (2002), berdasarkan tujuan dan penggunaannya, iklan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu:
1. Periklanan barang (Product Advertising)
Dalam periklanan produk, pemasangan iklan menyatakan kepada pasar tentang produk yang ditawarkannya. Periklanan produk ini dapat dibagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
- Primary demand advertising, merupakan periklanan yang berusaha mendorong permintaan untuk suatu jenis produk secara keseluruhan, tanpa menyebutkan merek atau nama produsennya.
- Selective demand advertising, merupakan merek barang yang ditawarkan.
2. Periklanan Kelembagaan (Institutional Advertising)
Periklanan kelembagaan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
- Patronage institutional advertising. Dalam periklanan ini penjual berusaha memikat konsumen dengan menyatakan suatu motif membeli pada penjual tersebut dan bukannya motif membeli produk tertentu.
- Public relations institutional advertising. Untuk membuat pengertian yang baik tentang perusahaan kepada para karyawan, pemilik perusahaan atau masyarakat umum.
- Public service institutional advertising. Periklanan ini menggambarkan tentang suatu dorongan kepada masyarakat untuk menggunakan kendaraan dengan hati-hati.
3. Periklanan Nasional, Regional dan Lokal
Periklanan dapat digolongkan menurut daerah geografis dimana kegiatan periklanan tersebut dilakukan. Periklanan tersebut adalah sebagai berikut:
- Periklanan Nasional. Periklanan nasional (national advertising) , sering juga disebut general advertising, merupakan periklanan yang biasanya disponsori oleh produsen dengan distribusi secara nasional.
- Periklanan Regional. Periklanan regional (regional advertising) adalah periklanan yang hanya terbatas di daerah tertentu dari sebuah negara.
- Periklanan Lokal. Periklanan lokal (local advertising) disebut juga retail advertising, biasanya dilakukan oleh pengecer dan ditujukan kepada pasar lokal saja.
4. Periklanan Pasar
Penggolongan periklanan yang didasarkan pada jenis atau sifat pasarnya. Oleh karena itu, jenis periklanannya tergantung pada jenis atau sifat pasarnya. Oleh karena itu, jenis periklanannya tergantung pada sasaran yang dituju, apakah konsumen, perantara, pedagang, atau pemakai industri. Jenis periklanan tersebut adalah:
- Consumer advertising, ditujukan kepada konsumen.
- Trade advertising, ditujukan kepada perantara pedagang, terutama pengecer.
- Industrial advertising, ditujukan kepada pemakai industri.
☑ Sifat Iklan
Menurut Tjiptono (2005), iklan memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. Public Presentation
Iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan.
2. Persuasiveness
Pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untuk memantapkan penerimaan informasi.
3. Amplifed Expresiveness
Iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui gambar dan suara untuk menggugah dan mempengaruhi perasaan khalayak.
4. Impersonality
Iklan tidak bersifat memaksa khalayak untuk memperhatikan dan menanggapinya, karena merupakan komunikasi yang monolog (satu arah).
☑ Daya Tarik Iklan
Daya tarik iklan adalah seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya. Dalam menampilkan pesan iklan yang mampu membujuk, mampu membangkitkan dan mempertahankan ingatan konsumen akan produk yang ditawarkan, memerlukan daya tarik bagi pemirsa sasaran. Daya tarik iklan sangat penting karena akan meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan pemirsa.
Menurut Shimp (2000), daya tarik yang sering digunakan dalam iklan adalah sebagai berikut:
1. Daya tarik peran pendukung
Banyak iklan mendapat dukungan endorsement eksplisit dari berbagai tokoh popular. Selain dukungan dari para selebriti, produk -produk juga menerima dukungan eksplisit dari kaum non selebriti. Menurut urutan tingkat kepentingannya, pertimbangan pertama adalah kredibilitas endorser, kecocokan endorser dengan khalayak, kecocokan endorser dengan merek, daya tarik endorser, dan setelah itu pertimbangan lainnya.
2. Daya tarik humor
Pemakaian humor sangat efektif untuk membuat orang-orang memperhatikan iklan dan menciptakan kesadaran merek. Bila dilakukan dengan benar dan pada keadaan yang tepat, humor dapat merupakan teknik periklanan yang sangat efektif.
3. Daya tarik rasa takut
Pemakaian rasa takut diharapkan akan sangat efektif sebagai cara untuk meningkatkan motivasi. Para pengiklan mencoba memotivasi para pelanggan untuk mengolah informasi dan melakukan tindakan dengan menggunakan daya tarik rasa takut yang menyebutkan konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk yang diiklankan, atau konsekuensi negatif dari perilaku yang tidak baik.
4. Daya tarik rasa bersalah
Seperti rasa takut, rasa bersalah juga menjadi pemikat bagi emosi negatif. Daya tarik terhadap rasa bersalah itu kuat karena secara emosional rasa bersalah memotivasi orang dewasa untuk melakukan tindakan bertanggung jawab yang menyebabkan penurunan dalam tingkat rasa bersalah.
5. Pemakaian unsur seksual
Iklan yang berisi daya tarik seksual akan efektif bila hal ini relevan dengan pesan penjualan dalam iklan. Tetapi bila digunakan dengan benar, dapat menimbulkan perhatian, meningkatkan ingatan dan menciptakan asosiasi yang menyenangkan dengan produk yang diiklankan.
6. Daya tarik musik iklan
Musik telah menjadi komponen penting dunia periklanan hampir sejak suara direkam pertama kali. Jingle, musik latar, nada-nada popular, dan aransemen klasik digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan pesan penjualan, menentukan tekanan emosional untuk iklan, dan mempengaruhi suasana hati para pendengar.
Sumber:
- Fletcher, W. (2010) Advertising: A Very Short Introduction. New York: Oxford University Press
- Widyatama, Rendra, (2007) Pengantar Periklanan, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
- Tjiptono, Fandy. (2005) Brand Management and Strategy. Andi: Yogyakarta.
- Shimp, Terence. (2000) Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga.
- Swastha, Basu. (2002 ) Manajemen Pemasaran. Jakarta: Liberty