Pengantar Fotografi
Pengantar
sikom.id -Saat ini dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, fotografi juga mengalami perkembangan yang begitu pesat pula, seperti digitalisasi, dimana tidak lagi menggunakan media solenoid atau film dalam mengambil gambar, harga-harga kamera pada tataran entry level sudah sangat terjangkau, dan yang paling luar biasa adalah saat ini semua orang memiliki kamera dalam genggamannya.
Fotografi pada dasarnya adalah suatu seni melukis dengan cahaya, jadi faktor cahaya merupakan unsur terpenting dalam seni fotografi, cahaya adalah unsur yang sangat penting dalam fotografi, tanpa adanya cahaya kegiatan fotografi tidak mungkin dapat dilakukan.
Namun diera kemajuan teknologi saat ini dimana semua orang memiliki akses pada kamera dan dapat mengambil foto, mayoritas orang tidak mengerti definisi dari fotografi tersebut sebagai sebuah seni, hal ini tampak ketika kamera yang digunakan hanya untuk mengambil foto yang terkesan jauh dari definisi fotografi itu sendiri. Hal ini merupakan hal yang sah-sah saja, namun jika kita melihat dari sudut pandang teori komunikasi, pada dasarnya komunikasi adalah sebuah bentuk komunikasi, dimana didalamnya terdapat sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh seorang fotografer yang berperan sebagai komunikator, kepada komunikan yaitu orang yang melihat hasil foto tersebut. Hal ini seakan-akan mulai bergeser dan dilupakan, karena banyak foto yang diambil terkadang terasa tanpa pesan, dan sekedar saja.
Jika kita merujuk kepada hakekat dasar dari fotografi sebagai media komunikasi, maka fotografi dapat kita gunakan sebagai media untuk menyampaikan begitu banyak pesan yang dimana salah satunya adalah menyampaikan pesan budaya yang dimana berfungsi tidak hanya untuk melakukan konservasi terhadap sebuah bentuk kebudayaan namuan bisa juga digunakan untuk memperkenalkan dan juga mempromosikan sebuah kebudayaan.
Dalam bukunya Jurnalistik Foto: Suatu Pengantar, Gani & Kusumalestari (2014:4) mengutip dari Sudjojo (2010:6) bahwa fotografi sebagai teknik adalah mengetahui cara-cara memotret dengan benar, mengetahui cara-cara mengatur pencahayaan, mengetahui cara-cara pengolahan gambar yang benar, dan semua yang berkaitan dengan fotografi sendiri.
Sedangkan fotografi sebagai karya seni mengandung nilai estetika yang mencerminkan pikiran dan perasaan dari fotografer yang ingin menyampaikan pesannya melalui gambar/foto. Fotografi tidak bisa didasarkan pada berbagai teori tentang bagaimana memotret saja karena akan menghasilkan gambar yang sangat kaku, membosankan dan tidak memiliki rasa. Fotografi harus disertai dengan seni.
Fotografi juga merupakan sebuah bentuk komunikasi visual dimana melali foto yang dihasilkan terdapat bentuk penyampaian pesan dari fotografer kepada orang yang melihat foto tersebut. Foto dalam hal ini menjadi sebuah penanda symbol-simbol yang yang nantinya diharapkan bisa ditangkap dalam bentuk pesan oleh orang yang melihat foto tersebut.
Kelahiran Fotografi
Sekitar tahun 1816, seseorang berkebangsaan Perancis, Joseph Nicephore Niepce, melakukan percobaan dengan mengkombinasikan material photo-sensitive dan lithography. Prosesnya menggunakan bahan kimia dasar yang berasal dari sejenis aspal (bitumen of Judea). Di tahun 1822, Niepce memperoleh kesuksesan dengan menghasilkan image kecil yang disebutnya “points de vue”. Image ini dibuat dengan kamera obscura dengan waktu pengambilan kurang lebih 8 jam.
Lalu tahun 1829, Niepce bekerjasama dengan seorang pelukis dan disainer teater Perancis, louis Jacques. Mande Daguerre, mencoba membuat image yang permanen dari kamera. Kemudian setelah Niepce meninggal dunia tahun 1833, Daguerre melanjutkan usaha mereka dengan melakukan berbagai penyempurnaan. Kemudian tahun 1839 dengan bantuan seorang ilmuwan, Daguerre memaparkan hasil penelitiannya, yang disebut sebagai Daguerretype. Hasil temuannya ini diakui oleh pemerintah Perancis dan digunakan untuk masyarakat umum. Namun image permanen yang dihasilkan oleh Daguerretype tidak dapat diperbanyak atau direpro.
Daguerreotype membawa perubahan besar dalam dunia piktorial. Dia adalah metode yang hebat dalam menghasilkan image. Gambarnya halus, fokus jelas serta variasi nada warna yang luar biasa, walaupun lama kelamaan image akan memudar karena tidak tahan lama. Revolusi ini kemudian banyak dianut oleh cikal bakal fotografer di Yunani, Rusia, Timur Tengah serta Amerika Utara dan sebagian besar Eropa. Banyak seniman mengecam penemuan ini dan menolaknya sebagai bagian dari seni. Namun banyak pula seniman yang melakukan palet dan menggantikannya dengan alat-alat fotografi. Bisnis fotografi potret berkembang pesat di tahun 1840-an dan terus populer hingga tahun 1850-an.
Sekitar tahun 1840, seorang berkebangsaan Inggris, William Henry Fox Talbot, menemukan hal yang berbeda dari Daguerre. Talbot membangun metode yang menggunakan pelat negatif dimana bisa memperbanyak cetakan. Metode Calbot yang disebut Calotype, membutuhkan exposure selama kurang lebih 30 menit untuk menghasilkan image yang memadai diatas pelat negatif. Namun sebagaimana halnya Daguerretype, Calotype juga menggunakan sistem contact-print yang tidak bisa diperbesar maupun diperkecil. Talbot di tahun 1844 menciptakan The Pencil of Natura yang merupakan publikasi pertama yang membawa ilustrasi fotografi sebagai sajian utama.
Tahun 1847, keponakan Niepce, Calude Felix Abel Niepce de Saint Victor, memperkenalkan negative berbahan dasar kaca untuk menggantikan kertas. Lalu di tahun 1851, seorang pemahat dan fotografer, Frederick Scott Archer memperkenalkan collodion sebagai bahan emulsi foto, saat itu dikenal dengan sebutan wet-plate photography. Namun cara ini juga tidak sempurna, karena bahan collodion tersebut harus segera dikembangkan sebelum mengering.
Jenis baru emulsi negatif dimulai tahun 1870, kemudian dirubah komposisinya di tahun 1880. Pada tahun 1870, seorang ahli fisika Inggris, Richard Leach Maddox mendiskusikan mengenai kemungkinan menggunakan gelatin daripada collodion sebagai pengikat photochemistry diatas bidang yang akan dicetak. Kertas berbahan dasar gelatin ini lebih efektif karena dicetak dan dapat diperbesar didalam ruang gelap, daripada menghasilkan cetakan langsung dibawah matahari selama berjam-jam.
Pada tahun 1874, pedagang Inggris Richard Kennei menyediakan pelat negatif kering, dan di tahun 1878, fotografer Inggris Chrles Bannet memproduksi pelat kering yang hampir sama dengan pelat negatif modern.
Tahun 1883, penemu Amerika George Eastman memproduksi film berupa secarik kertas panjang yang dilapisi emulsi sensitif. Tahun 1888, berdasarkan pemikiran bahwa foto bisa diperbesar, sehingga baik ukuran negatif maupun kamera bisa diperkecil, Easman mulai memproduksi kamera dengan ukuran kecil.
Tahun 1889, Easman mulai memproduksi transparansi dalam bentuk pita dari selulosa nitrat. Sejak saat itu, para fotografer bisa dengan bebas mengabadikan gambar, menggulung roll negatif dan mengirimnya ke percetakan. Seperti motto yang dibuat The Eastman Kodak Company “you press the button, we do the rest (anda menekan tombol, kami mengerjakan sisanya)”.
Tahun 1870 dan 1880, Edward Maybridge (Amerika), Elienne Joles Murely (Perancis) dan pelukis sekaligus fotografer, Thomas Eakins (Amerika) menginvestigasikan pemunculan visual dalam bentuk chronophotography pada hewan maupun manusia. Tahun 1890, sebuah pelat gelatin baru bersama-sama dengan flash- powder (pernah digunakan pada tahun 1861 oleh Nadar di Paris), digunakan oleh Jacob Riis (Amerika) untuk mengabadikan hal-hal terburuk suatu pemukiman kumuh di sebuah sudut New York.
Pada tahun 1902, terbentuk sebuah klub fotografi berlabel Photo-Secession dan berlokasi di New York. Pembentukan klub yang diprakarsai oleh Alfraid Stiegletz ini berawal dari banyaknya pameran-pameran besar mengenai fotografi selama tahun 1890- an. Sebagai seseorang yang membawa pengaruh besar pada perkembangan fotografi modern, Stiegletz bersama Photo-Secession mencoba mempromosikan fotografi seni dan mendemonstrasikannya dengan memasukkan unsur-unsur estetik didalamnya.
Camera Work (1903-1917) yang berupa pameran-pameran jurnal-jurnal terkemuka adalah publikasi yang dibuat oleh Photo-Secession. Didalamnya memuat Calotype milik Hill dan Adamson, potret Camera serta karya para piktorialis terkemuka. Photo-Secession dan Camera Work, khususnya karya Stiegletz dan Strand, yang memegang peranan penting dalam memberikan spirit dalam dunia fotoggrafi seni modern. Filosofi bahwa foto adalah bentuk seni yang sempurna jika tanpa ada manipulasi tangan dari para senimannya. Filosofi inilah yang tampak pada karya-karya Ansel Adams maupun Imouen Cumningham (keduanya Amerika).
Gerakan Dada (Dadaisme) yang dimulai di Zurich tahun 1916, menggunakan fotografi sebagai bentuk pernyataan estetis. Para seniman seperti Paoul Hausmann, Hannah Hoch, Max Ernst (Jerman) dan Francis Picabia (Spanyol)mengambil foto-foto asli, ilustrasi dari majalah, kemudian mengumpulkan dan mengkonstruksi ulang menjadi sebuah foto montase, dengan efek-efek yang cenderung dipaksakan.